Menemukan Alasan Pengembangan Diri

“Pak, kasih tips tentang bagaimana caranya biar saya termotivasi untuk terus konsisten mengembangkan diri dong.” Ucap Rida pada atasannya di sela-sela rutinitas pekerjaan yang sedang dia kerjakan. Atasan dari Rida ini bernama Vino. Secara karir di perusahaan, Vino memang memiliki prestasi yang lebih baik ketimbang Rida di usia yang sama dengannya waktu itu.

 

Sejak dulu, Vino memang dikenal sebagai pribadi yang sangat gemar belajar. Ketika tidak sedang menjalankan aktifitas tertentu, Vino lebih memilih untuk membaca dan memperdalam keilmuannya dengan membaca berbagai buku pengembangan diri. Maka tak heran bila kemudian Rida ingin mendapatkan masukan dari Vino terlebih lagi karena ia adalah atasannya

 

“Semangat saya buat belajar dan mengembangkan diri itu sering kendor. Apalagi ketika kelelahan setelah beraktifitas seharian.” Ucap Rida melanjutkan kalimatnya

 

“Kenapa kamu merasa perlu mengembangkan diri Rida?” Vino lantas bertanya balik

 

“hmmmm…kenapa ya? mungkin karena orang-orang disekitar saya terus berkembang, makanya saya  ingin turut berkembang. Kan malu kalo saya tidak ikut berkembang seperti yang lainnya” Jawab Rida

 

Pertanyaan terakhir dari Vino barusan agaknya cukup sulit untuk mampu dijawab oleh Rida. Ini disebabkan karena sejak awal, Rida sendiri hanya memiliki keinginan untuk berkembang karena dirinya melihat orang lain disekitarnya berkembang.

 

Sejak kecil, Rida memang terbiasa melakukan sesuatu karena orang lain melakukan sesuatu juga. Ketika orang lain memiliki kegemaran terhadap sebuah hobi, maka Rida pun ikut-ikutan menggandrungi hobi tersebut. Ketika kedua orang tuanya memintanya melakukan sesuatu, maka Rida pun akan cenderung menurutinya. Tanpa disadari kebiasaan ini kemudian membuat Rida melupakan pentingnya memahami makna dari setiap tindakan yang dia lakukan sendiri.

 

Lantas dari kisah diatas, apa yang sebaiknya dilakukan oleh seorang leader untuk mengembangkan timnya?

Simon Sinek di bukunya yang berjudul start with why menyampaikan perlunya kita memiliki why yang kuat sebelum melakukan sesuatu. Alasan yang kuat ini menjadi penting terutama untuk kita memastikan kita bisa konsisten didalam menjalankan proses pengembangan diri ke depannya. Ketika kita belum memahami alasan kita melakukan sesuatu dan kita sekedar ikut-ikutan saja menjalaninya, maka kita pun akan mudah berhenti Ketika ada masalah dan dengan begitu habit atau kebiasaan kita akan sulit untuk bertumbuh dan dengan begitu kita tidak mampu mencapai kesuksesan diri kita.

 

Thomas alfa Edison mungkin tidak akan pernah menemukan lampu bila dia tidak bertekad memerangi kegelapan. Tekad inilah yang kemudian membuatnya bertahan dari 999 kegagalan dan bisa tetap konsisten hingga akhirnya menemukan bola lampu yang hingga kini berhasil menerangi dunia.

 

Didalam golden circle di buku Start With Why, ada 3 hal yang perlu ada didalam diri kita, yaitu what, how dan why. Kebanyakan orang sudah mengetahui what nya atau apa yang perlu ia lakukan. Begitu pula dengan how nya dimana setiap orang sudah mudah sekali menemukan how to untuk melakukan sesuatu dengan perkembangan teknologi saat ini. Namun mengembangkan diri tim kita tidak cukup hanya dengan ia tau apa yang perlu dia pelajari dan bagaimana ia mempelajarinya, melainkan ia juga harus memiliki alasan kuat untuk melakukan sesuatu tersebut. Dan disinilah peran seorang leader dimana ia membantu timnya untuk menemukan “why” nya atau alasan yang kuat tentang mengapa mereka perlu untuk terus mengembangkan diri mereka.

 

Untuk membantu tim kita menemukan alasan kuat dibalik kenapa tim kita perlu untuk bertumbuh dan belajar lebih banyak lagi dapat menggunakan 3 pertanyaan dibawah ini :

  1. Mengapa anda perlu mengembangkan diri?
  2. Apa yang terjadi bila anda tidak mengembangkan diri?
  3. Apa dampak yang terjadi bila anda tidak mengembangkan diri di pekerjaan anda saat ini?

Mengajukan 3 pertanyaan diatas menjadi penting sebelum kita membantu mengembangan tim kerja kita dimanapun dia berada. Karena kita mengajarkan sesuatu padanya, tidak akan berdampak Ketika tim kita tidak menemukan alasan yang kuat untuk belajar hal tersebut. Akhirnya usaha yang kita keluarkan untuk mengembangkannya pun sia-sia dan tim kita pun menyia-nyiakan waktu yang dimilikinya karena tidak ada dampaknya untuk dirinya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *