Untuk mudah diterima oleh rekan kerja dalam dunia kerja biasanya adalah orang-orang yang memiliki rasa empati yang tinggi. Empati adalah salah satu keterampilan orang terpenting yang dapat Anda miliki di tempat kerja. Empati adalah kemampuan untuk mengenali dan berhubungan dengan emosi orang lain dan itu dapat membangun kerja sama, meningkatkan kerja tim, dan membantu Anda menghindari konflik.
Albert Bandura, seorang psikolog sosial dan profesor di Universitas Stanford menyatakan bahwa empati adalah hasil dari proses belajar sosial, di mana individu belajar untuk mengenali dan merespon perasaan orang lain. Menurut Bandura, empati dapat dikembangkan melalui pengamatan dan imitasi perilaku orang lain, serta melalui pengalaman pribadi.
Karyawan yang memiliki empati yang tinggi cenderung akan lebih produktif, loyal, dan memiliki kinerja yang lebih baik. Empati di tempat kerja dapat dicapai melalui komunikasi yang efektif, pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan rekan kerja, dan menunjukkan kesediaan untuk membantu dan bekerja sama dengan rekan kerja. Hal ini juga dapat meningkatkan kualitas hubungan kerja dan mengurangi stres di tempat kerja.
Begitupun juga dengan seorang pemimpin, menjadi pemimpin perlu memiliki jiwa empati yang tinggi sebab kemampuan empati berfungsi untuk memahami dan merasakan perasaan, pikiran, dan kondisi yang dialami oleh para anggota tim.
Para ahli menyatakan bahwa empati pemimpin dapat meningkatkan kinerja tim, meningkatkan komunikasi, dan meningkatkan kepuasan kerja. Empati juga dapat membantu pemimpin untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh anggota tim dan meningkatkan loyalitas dan komitmen anggota tim.
Pemimpin yang memiliki empatti yang tinggi biasanya memiliki pendengaran aktif, menunjukkan kesediaan untuk membantu seiap anggotanya, dan mampu memahami setiap kebutuhan dan perasaan anggota tim.
Lalu bagaimana cara meningkatkan empati bagi seorang pemimpin ?
Berikut adalah lima langkah untuk mengembangkan empati Anda :
- Kesampingkan sudut pandang Anda sendiri dan cobalah melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain atau anggota Anda. Coba tanyakan pada diri sendiri, seperti ; apa pandangan mereka tentang situasi tersebut ? Pertimbangkan setiap peluang dan potensi ancaman yang sedang mereka hadapi ?
- Validasikan perspektif orang lain, sebagai seorang pemimpin Anda tidak harus setuju dengan semua sudut pandang anggota Anda, tetapi penting bagi Anda untuk mengakuinya. Meskipun perspektif Anda sendiri sangat berbeda, Anda tetap dapat menunjukkan bahwa Anda memahami mengapa mereka berpikir dan merasa seperti itu.
- Pertimbangkan perspektif diri sendiri, coba pikirkan sekiranya ancaman dan peluang apa yang Anda lihat dalam situasi ini? Apakah prioritas Anda untuk mencari solusi? Atau apakah Anda lebih peduli untuk mendapatkan cara Anda sendiri atau menjadi benar?
- Cobalah untuk mendengarkan anggota Anda sepenuhnya. Dengarkan lawan bicara Anda dengan telinga untuk dapat menangkap keseluruhan pesan, setiap kata dan frasa yang diulang, dan nada suara yang digunakan. Kemudian, dengarkan dengan mata Anda, untuk menemukan petunjuk dalam sikap dan bahasa tubuh seseorang. Selanjutnya, dengarkan dengan insting Anda, untuk mendeteksi apakah orang tersebut mungkin menyembunyikan sesuatu. Dan dengarkan dengan hatimu, untuk memahami perasaan yang terlibat.
- Sering-seringlah tanyakan apa yang akan dilakukan orang lain. Terkadang, cara terbaik untuk memahami sudut pandang seseorang adalah dengan menanyakannya seperti; apa hasil ideal mereka? bagaimana mereka akan mencapainya?. Mengajukan pertanyaan dapat memberi Anda gambaran yang jelas tentang bagaimana mereka melihat situasi, dan seringkali itu adalah cara tercepat untuk memahami sebagai seorang pemimpin. Dengan memahami perspektif orang lain, Anda akan memiliki apresiasi yang lebih baik tentang perasaan mereka. Dari sana, Anda dapat mengambil langkah untuk mendukung mereka atau menangani masalah apa pun.
“Leadership is about empathy. It is about having the ability to relate to and connect with people for the purpose of inspiring and empowering their lives.” – Oprah Winfrey