Didalam menjalankan peran sebagai seorang pemimpin, kita pastinya tidak hanya dihadapkan dengan berbagai macam tipe karakter tim yang kita Kelola, melainkan juga berbagai macam problematika didalam keseharian tim kita yang mau tidak mau bisa saja berpengaruh juga terhadap kinerja nya ketika menjalankan perannya di perusahaan. Problematikan didalam keseharian tim kita ini ada kalanya tidak hanya berhubungan dengan minimnya kompetensi yang dimiliki ketika bekerja, namun bisa saja berhubungan dengan rendahnya komitmen kerja atau semangat dan motivasinya ketika bekerja.
Kita ambil contoh tim kita sedang ada masalah di rumah dengan keluarganya, ada masalah dengan pacarnya atau juga mungkin ada masalah dengan rekan kerjanya di kantor. Bisa jadi permasalahan personal ini akhirnya berpengaruh terhadap kinerjanya, membuat moodnya naik turun, mood nya buruk dan banyak hal negatif lainnya.
Berbagai permasalahan pribadi yang akhirnya berdampak terhadap kinerja ini sebenarnya wajar saja terjadi terutama bila kita mengingat bahwa sehari-harinya tim yang kita Kelola adalah sebuah manusia dan bukan robot. Manusia yang punya rasa, manusia yang punya hati yang tentunya perlu untuk kita sebagai leader juga Kelola.
Dan ini sebabnya jugalah bagi para leader penting untuk memiliki skill konseling. Konseling atau penyuluhan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor/pembimbing) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons pada tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers yang kemudian mengembangkan pendekatan terapi yang berpusat pada klien (client centered).
Konseling Industri adalah pembahasan suatu masalah dengan seorang karyawan yang mempunyai masalah emosional dengan maksud untuk membantu karyawan tersebut agar dapat mengatasi masalahnya secara lebih baik. Konseling bertujuan untuk memperbaiki kesehatan mental karyawan. Kesehatan mental yang baik berarti bahwa orang-orang merasa nyaman akan mereka sendiri, baik terhadap orang lain, dan sanggup memenuhi kebutuhan hidup.
Konseling bersifat rahasia, sehingga karyawan akan merasa bebas berbicara secara terbuka tentang permasalahannya. Konseling juga mencakup masalah pekerjaan dan pribadi, karena kedua jenis maslah ini bisa mempengaruhi prestasi kerja karyawan.
Beberapa langkah-langkah dalam leader melakukan sesi konseling sebagai berikut :
1. Menyatakan kepedulian atau keprihatinan dan membentuk kebutuhan akan bantuan.
Langkah pertama ini memberikan kepedulian terhadap masalah-masalah yang dihadapi karyawan, baik yang disebabkan oleh diri karyawan sendiri maupun disebabkan oleh lingkungan yang memberikan tekanan kepadanya. Dengan kepedulian dan perhatian terhadap karyawan dapat membentuk rasa keinginan dan semangat untuk menyelesaikan masalahnya, sehingga karyawan akan menunjukkan suatu keseriusan dan kejujuran terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Kemudian memberikan penjelasan dan pengertian agar klien menyadari atas perlunya bantuan untuk menyelesaikan masalahnya dan karyawan bersedia masuk dan terikat dalam proses konseling.
2. Membentuk hubungan
Karyawan dan leader yang berperan sebagai konselor memulai proses membangun suatu hubungan yang bercirikan kepercayaan, keyakinan, dengan didasari atas keterbukaan dan kejujuran atas semua pernyataan karyawan dan konselor dalam proses konseling. Di tahapan ini leader perlu memastikan tim merasa nyaman untuk menceritakan apa kendala dan hambatan yang dihadapinya.
3. Menentukan tujuan dan eksplorasi pilihan
Dalam langkah ini dilakukan pembahasan masalah dengan melakukan diskusi dengan karyawan untuk mengeksplorasi tujuan konseling. Di tahapan ini leader mendiskusikan dengan tim tentang apa yang diharapkan dari sesi konseling yang akan dijalankan.
4. Menangani masalah
Permasalahan yang dihadapi oleh tim kita bisa jadi tidak hanya satu, maka di tahapan ini leader perlu membantu untuk dapat menentukan prioritas masalah karyawan yang harus ditangani sehingga dapat mengarahkan karyawan untuk benar-benar mengungkapkan masalahnya dan berdiskusi untuk memecahkannya.
5. Menumbuhkan kesadaran
Di tahapan ini leader perlu menumbuhkan kesadaran pada karyawan agar karyawan benar-benar mengetahui dengan jelas masalah yang dihadapinya. Leader berusaha mengarahkan karyawan untuk mendapatkan insight atau understanding, karyawan memahami apa yang sedang dialami dan apa yang harus dikerjakan dalam menyelesaikan masalahnya sebagai hasil dari proses konseling atau berdasarkan hal-hal yang dilihat dan dirasakannya.
6. Merencanakan cara bertindak
Mendapatkan insight saja tidak cukup. Karena setelah mendapatkan insight itu karyawan harus melakukan suatu tindakan untuk menyelesaikan masalahnya. Jika karyawan merasa ragu dan bingung untuk mengambil keputusan dalam bertindak maka konselor dapat memberikan berbagai pilihan rencana tindakan.