Kerja Bikin Pusing ? Ini Dia Cara Pemimpin Menangani 8 Konflik di Tempat Kerja

Hai leaders !

Kehidupan dunia kerja memang terasa tidak selalu berjalan dengan mulus, mungkin sebagian dari kita pernah merasakan saat baru saja tiba dikantor dan Anda sudah merasa bahwa itu akan menjadi hari yang melelahkan bagi Anda.

Sisi kantor Anda rapi seperti pin dan sangat terorganisir dengan baik. Anda selalu tiba di tempat kerja tepat waktu dan Anda berhati-hati untuk tidak berbicara keras saat menelepon agar tidak mengganggu teman kantor Anda. Sedangkan sikap yang rekan Anda justru sebaliknya.

Cangkir kosong dan tumpukan file berdebu mengotori sisi kantornya. Rekan Anda sering terburu-buru ke kantor sampai larut, dan terkadang Ia menyalakan radio saat sedang bekerja dan merusak konsentrasi Anda. Anda menyukai pekerjaan Anda, tetapi takut atau merasa enggan untuk pergi ke kantor setiap hari hanya karena Anda tidak suka berbagi tempat dengan rekan kerja Anda. Rekan Anda sangat membuat Anda tidak nyaman dan Anda sering berdebat dengannya.

Jika Anda pikirkan, Anda akan segera menyadari bahwa sebenarnya sudah terjadinya konflik internal antara Anda dengan rekan kerja Anda. Anda berdua memiliki gaya kerja yang berbeda. Setelah Anda menyadari hal ini, Anda akan menemukan titik awal untuk berpikir tentang bagaimana seharusnya Anda dapat bekerja sama dengan rekan kerja anda secara efektif.

Tentu saja kita semua mengalami konflik seperti ini ditempat kerja. Baik itu konflik dengan rekan kerja, atasan, hingga tim kita, begitu juga hal yang dapat dirasakan oleh seorang pemimpin dalam sebuah perusahaan. Sebagai seorang pemimpin tentu saja semua konflik ini pada dasarnya sangat perlu dikelola dengan baik bukan di hindari. Karena sesungguhnya konflik dapat bermanfaat untuk menghidupkan lingkungan kerja.

Pentingnya kita memahami bagaimana konflik itu muncul, sebab konflik dapat mendorong pihak yang berkonflik untuk tumbuh dan berkomunikasi serta dapat meningkatkan gagasan yang saling bertentangan sehingga atmosfer diskusi akan terasa lebih hidup dan memberikan lebih banyak gambaran peluang-peluang untuk mencapai tujuan perusahaan. Namun hal tersebut tentu saja jika kita memahami mengapa konflik itu ada sejak awal. Setelah kita mengidentifikasi akar masalahnya, kita akan mampu mengambil langkah yang tepat untuk menyelesaikannya.

Nah Leaders, sebelum kita membahas apa langkah tepat untuk menyelesaikan konflik yang rentan terjadi, mari kita ketahui terlebih dahulu apa saja penyebab konflik itu muncul.

Menurut psikolog Art Bell dan Brett Hart, ada delapan penyebab umum konflik di tempat kerja. Bell dan Hart mengidentifikasi penyebab umum terkait konflik tempat kerja pada tahun 2000 dan 2002 dalam artikel yang berbeda. Lalu apa saja delapan penyebab tersebut ? Berikut kedelapan penyebab menurut Bell dan Hart :

  1. Sumber daya yang saling bertentangan
  2. Gaya yang saling bertentangan
  3. Persepsi yang saling bertentangan
  4. Tujuan yang saling bertentangan
  5. Tekanan yang saling bertentangan
  6. Peran yang saling bertentangan
  7. Nilai pribadi yang berbeda
  8. Kebijakan yang tidak terduga

Oke Leaders, setelah Anda mengetahui kedelapan penyebab diatas, Anda dapat menggunakan klasifikasi tersebut untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab konflik. Setelah Anda mengidentifikasinya, Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah konflik, atau Anda dapat menyesuaikan strategi resolusi konflik Anda agar sesuai dengan situasi.

Mari kita lihat lebih dekat masing-masing dari delapan penyebab konflik diatas dan kita diskusikan apa yang dapat Anda lakukan sebagai seorang pemimpin untuk menghindari dan mengatasi setiap jenis konflik tersebut.

1. Sumber daya yang saling bertentangan

Dalam dunia kerja, seluruh SDM akan membutuhkan akses ke SDM tertentu, seluruhnya terhubung baik itu dalam kebutuhan dalam tim, antar divisi, ataupun antar staff dan atasan hal itu tentu untuk mencapai tujuan perusahaan dengan efektif, dan pada proses saat itu pula konflik dapat terjadi.

Jika terjadinya konflik dalam hal ini, maka yang perlu dilakukan ialah mendiskusikannya secara terbuka dan menguraikan mengapa kebutuhan mereka bertentangan. Dilakukannya diskusi terbuka tentang masalah yang dihadapi mampu membantu masing-masing pihak untuk melihat perspektif pihak lain dan menjadi lebih berempati tentang kebutuhan mereka.

2. Gaya yang saling bertentangan

Setiap orang bekerja memiliki gaya kerjanya sesuai dengan kebutuhan dan kepribadian masing-masing. Misalnya, beberapa orang menyukai menyelesaikan pekerjaan di menit-menit terakhir, sementara sebagian lainnya membutuhkan struktur tenggat waktu yang ketat untuk melakukannya. Permisalan ini sering ditemukan dan adanya gaya kerja berbenturan maka konflik sering terjadi.

Sebagai seorang pemimpin maka kita perlu memahami setiap karyawan dalam perusahaan kita, maka dari itu saat dilakukannya rekrutmen pentingnya perusahaan mengadakan tes kepribadian seperti tes kepribadian Myers-Briggs. Hal ini dapat membantu karyawan menjadi lebih menerima gaya kerjaan orang lain dan sebagai hasilnya setiap karyawan menjadi lebih fleksibel menyesuaikan diri dengan orang lain.

3. Persepsi yang saling bertentangan

Setiap orang memiliki pandangannya sendiri terhadap suatu hal, adanya perbedaan persepsi sudah biasa terjadi dan hal ini menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya konflik dalam dunia kerja. Untuk mengatasi hal ini, kita perlu melatih diri kita dan tim kita untuk melihat dari sisi yang berbeda dan berdiskusi dengan kepala dingin sehingga dapat menemukan jalan tengah untuk menyamakan persepsi disaat adanya perbedaan.

4. Tujuan yang saling bertentangan

Terkadang kita memiliki tujuan yang bertentangan dalam pekerjaan kita. Misalnya, salah satu manajer mungkin memberi tahu bahwa kecepatan adalah tujuan terpenting bagi pelanggan. Manajer lain mungkin mengatakan bahwa layanan yang mendalam dan berkualitas tinggi adalah prioritas utama. Terkadang cukup sulit untuk mendamaikan keduanya. Maka dari itu hal yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin ialah, setiap kali Anda menetapkan tujuan untuk anggota tim Anda, pastikan bahwa tujuan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan lain yang ditetapkan untuk orang lain. Dan jika tujuan yang Anda tetapkan memang bertentangan dengan orang lain, maka lakukanlah negosiasi tujuan dengan berdiskusi demi terciptanya tujuan yang sesuai untuk semua orang atau bisa kita sebut dengan Win Win Solution.

5. Tekanan yang saling bertentangan

Dalam merampungkan pekerjaan kita sering kali bergantun pada rekan kerja kita sebab ada satu proses yang perlu dilaporkan terlebih dahulu baru kita dapat menyelesaikan tugas kita. Namun dalam proses ini sering kali menjadi hambatan dalam proses kerja sebab adanya alur yang kurang sesuai dan rekan kerja kita belum memberikan laporan pekerjaannya dikarenakan Ia mendahulukan pekerjaan lainnya tepat diwaktu yang sama dengan waktu tenggat kepada kita. Maka hal tersebut menjadi konflik dikarena banyaknya tekanan yang diberikan. Dan untuk menyelesaikan konflik ini Pemimpin perlu mengarahkan lebih jelas alur kerja serta membuat time line tujuan pendek yang efektif atau mengatur ulang tugas dan tenggat waktu untuk mengurangi tekanan pada karyawan.

6. Peran yang saling bertentangan

Terkadang kita harus melakukan tugas di luar peran atau tanggung jawab normal kita. Jika ini menyebabkan kita masuk ke ranah tugas orang lain, maka konflik dan perebutan kekuasaan bisa terjadi. Hal yang sama dapat terjadi sebaliknya, terkadang kita mungkin merasa bahwa tugas tertentu harus diselesaikan oleh orang lain.

Peran yang saling bertentangan mirip dengan persepsi yang saling bertentangan. Bagaimanapun, satu anggota tim dapat melihat tugas sebagai tanggung jawab atau ranahnya. Tetapi ketika orang lain datang untuk mengambil alih tugas itu, konflik akan terjadi. Jika Anda menduga bahwa anggota tim mengalami konflik atas peran mereka jelaskan mengapa Anda memberikan tugas atau proyek kepada setiap orang. Penjelasan Anda bisa sangat membantu mengatasi tekanan tersebut.

7. Nilai pribadi yang berbeda

Ketika pekerjaan kita bertentangan dengan nilai-nilai pribadi kita, maka hal tersebut memunculkan sebuah konflik. Untuk menghindari hal tersebut, Anda perlu mempraktekan kepemimpinan etis yaitu, cobalah untuk tidak meminta tim Anda melakukan apa pun yang bertentangan dengan nilai mereka, atau nilai Anda melainkan buatlah nilai-nilai perusahaan yang mendukung untuk kepentingan tujuan perusahaan.

8. Kebijakan yang tidak terduga

Ketika aturan dan kebijakan berubah di tempat kerja dan Anda tidak mengomunikasikan perubahan itu dengan jelas kepada tim Anda, kebingungan dan konflik dapat terjadi. Selain itu, jika Anda gagal menerapkan kebijakan tempat kerja secara konsisten dengan anggota tim Anda, perbedaan perlakuan juga dapat menjadi sumber perselisihan.

Maka dari itu, ketika aturan dan kebijakan berubah, pastikan Anda mengomunikasikan dengan tepat apa yang akan dilakukan secara berbeda dan, yang lebih penting, mengapa kebijakan tersebut berubah. Ketika orang memahami mengapa aturan itu ada, mereka jauh lebih mungkin untuk menerima perubahan tersebut. Setelah aturan diterapkan, berusahalah untuk menegakkannya secara adil dan konsisten.

Sebagaimana penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwasanya seorang pemimpin memiliki peran penting dalam menangani konflik yang rentan terjadi di duia kerja. Sebagaimana seorang pemimpin perlu memahami akar sebuah konflik yang terjadi, kemudian seluruh konflik tersebut dapat ditangani dengan bagaimana pemimpin mampu mengkomunikasikan dan mengarahkan kepada anggota yang bersangkutan pada konflik tersebut tentunya.

“Sembilan puluh persen kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengomunikasikan sesuatu yang diinginkan orang” – Dianne Feinstein.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *