Pemimpin yang efektif memiliki kemampuan untuk mengelola emosi mereka sendiri dan membaca emosi orang lain. Hal ini dapat mempengaruhi suasana hati, moral, produktivitas, dan keuntungan dalam organisasi. Ada enam gaya kepemimpinan emosional yang dapat membantu pemimpin berinteraksi dengan berbagai situasi. Gaya ini diajukan oleh Daniel Goleman, Richard Boyatzis, dan Annie McKee dalam buku “Primal Leadership” tahun 2002. Setiap gaya memiliki dampak yang berbeda pada emosi orang dan memiliki kekuatan serta kelemahan masing-masing.
- Pemimpin Visioner: “Ikutlah Denganku” Pemimpin visioner menginspirasi dan memberikan arahan ke tujuan tanpa mendikte langkah-langkah spesifik. Mereka memotivasi tim dengan visi yang kuat dan mendukung inisiatif anggota tim untuk mencapai tujuan. Gaya ini efektif dalam situasi perubahan besar atau pengembangan visi baru.
- Pemimpin Pembina: “Coba Ini” Pemimpin pelatih menghubungkan tujuan pribadi anggota tim dengan tujuan organisasi. Gaya ini melibatkan bimbingan dan dorongan, mendorong pengembangan keterampilan jangka panjang. Ini cocok untuk situasi di mana individu membutuhkan bantuan untuk tumbuh dan berkembang.
- Pemimpin Afiliasi: “Orang Datang Pertama” Pemimpin afiliasi menekankan hubungan emosional dalam tim dan mengatasi konflik melalui inklusi. Gaya ini berfokus pada memenuhi kebutuhan emosional anggota tim dan meningkatkan kerja sama dalam situasi konflik atau ketegangan.
- Pemimpin Demokrat: “Bagaimana Menurut Anda?” Pemimpin demokrat mencari masukan dari tim dan mendorong kolaborasi. Mereka mengandalkan pendengaran dan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Gaya ini efektif dalam membangun konsensus dan memfasilitasi pemecahan masalah tim.
- Pemimpin Penentu Kecepatan: “Lakukan Seperti yang Saya Lakukan, Sekarang” Pemimpin penentu kecepatan berfokus pada kinerja tinggi dan mengharapkan hasil yang cepat. Gaya ini memerintahkan tim untuk mencapai target dengan standar yang tinggi. Meskipun dapat menghasilkan hasil cepat, gaya ini juga dapat menyebabkan kelelahan dan pergantian staf yang tinggi.
- Pemimpin yang Memerintah: “Lakukan Apa yang Saya Perintahkan” Pemimpin yang memerintah menggunakan pendekatan otokratis dengan memberikan perintah yang tegas. Gaya ini dapat efektif dalam situasi krisis yang memerlukan tindakan cepat dan pengendalian yang ketat. Namun, harus digunakan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan efek negatif pada tim.
Penting untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan orang yang terlibat. Penggunaan bergantian dari berbagai gaya kepemimpinan dapat membantu menciptakan lingkungan yang seimbang dan efektif di dalam organisasi.